Secara umum pakaian
adat Bali pria terdiri dari beberapa aksesoris yang di antaranya ikat kepala
(udeng), baju, kamen, kampuh (saput), serta selendang pengikat (umpal).
a. Udeng (Ikat
Kepala)
Salah satu yang
khas dari pakaian adat pria Bali adalah adanya perlengkapan udeng. Udeng adalah
sebuah penutup kepala dari kain yang digunakan untuk ibadah dan untuk aktivitas
sehari-hari. Untuk ibadah dan acara keagamaan, udeng yang digunakan adalah
udeng putih, sementara untuk aktivitas sehari-hari udeng yang digunakan adalah
udeng bermotif batik. Bentuk udeng yang unik dengan adanya simpul di bagian
tengah depan menyimbolkan bahwa pemakainya harus dapat berpikir jernih dan
memusatkan pikiran saat beribadah.
b. Baju
Baju atau atasan
yang digunakan dalam perlengkapan pakaian adat Bali adalah sebuah baju tertutup
yang modelnya nyaris mirip baju safari. Kendati begitu, pada prinsipnya baju
yang dipakai tidak memiliki aturan khusus, yang penting rapi, bersih, dan sopan.
c. Kamen
Pakaian adat Bali pria
tidak menggunakan celana sebagai bawahan. Fungsi celana diganti dengan kamen
atau kain sepanjang 2 meter dan lebar 1 meter. Kain ini diikatkan di pinggang
melingkar dari kiri ke kanan. Ikatan tersebut melambangkan darma, sementara
pemakaian yang tepi bawahnya harus sejengkal dari telapak kaki disertai ujung
lancip yang menghadap ke bawah menyentuh tanah melambangkan bentuk penghormatan
pada ibu pertiwi.
d. Saput (Kampuh)
Setelah kamen
dipakai, ada 1 lagi kain penutup bagian bawah yang harus dikenakan. Kain
tersebut bernama saput atau kampuh. Saput diikatkan di pinggang secara
melingkar berlawanan arah jarum jam. Saput merupakain kain berdesain klasik
yang lebih sering dipakai saat ibadah atau acara keagamaan. Tujuan
penggunaannya adalah untuk menutupi lekuk tubuh dan aurat.
e. Umpal
(Selendang
Pengikat) Untuk menguatkan kamen dan saput, digunakan selendang kecil berwarna
kuning yang bernama umpal. Ikatan yang digunakan adalah ikatan dengan simpul
hidup yang diletakan di sebelah kanan. Cara mengikat ini mengandung arti bahwa
pria Bali harus dapat mengendalikan semua hal buruk dari segala aktivitasnya.